Kategori
Personal

Sepenggal Kisah Nyata Pengkhianatan Cinta – part 1

Assalamu’alaikum warahmatullahi wa barakatuh

Halo readers…

Unggahan kali ini, Ibuk ingin menceritakan sepenggal kisah nyata yang menjadi kasus penelitian saat mengerjakan thesis. Kisah ini (pengkhianatan cinta) nyata tidak dibuat-buat dan bisa dipertanggungjawabkan keaslian dari cerita ini. Jika ingin membaca thesis secara lengkap, silahkan mengunjungi perpustakaan Universitas di bawah kaki Gunung Merapi di Jogjakarta.  

Memasuki tahun kedua sekolah profesi psikolog, saya dipusingkan dengan konten penelitian thesis. Layaknya mahasiswa/i pada umumnya, saya melihat isi penelitian thesis di perpustakaan kampus untuk mencari ilham, tapi sang ilham tak kunjung datang. Apa yang saya lihat beberapa kasus thesis ataupun skripsi sudah begitu familier dan sudah terlalu banyak dibahas di dunia penelitian. I need something new and different. Saya butuh konten atau kasus yang membuat saya semangat mengerjakan thesis saya.

1 bulan lewat, saya tidak berhasil menemukan kasus menarik. Teman-teman seperjuangan yang lain sudah maju di BAB 1. Bahkan Orangtua bertanya tentang progress thesis saya. Daan layaknya kebanyakan orangtua pada umumnya menyarankan agar tidak menyulitkan dri. Cari kasus simple. Kerjakan. Ujian. Kelar. Jadi bisa menghemat biaya orangtua. Kalangkabut? Iya banget.

Oke, saya coba kerjakan 1 kasus sederhana. Saya ajukan proposal penelitian ke pembimbing dan saat itu juga ditolak oleh pembimbing yang kebetulan seorang Guru Besar Psikologi. Beliau berkata “Masalah dari kasus ini hanya ada di benak peneliti saja”. Beliau langsung memberikan tanda X di lembar pertama proposal saya yang artinya saya GAGAL dan harus mengulangi mencari kasus baru.

Di setiap sujud saya berdo’a dan meminta kemudahan dalam menulis thesis ini. Lambat laun saya menyesali mengapa saya memilih seorang Guru Besar Psikologi sebagai pembimbing utama thesis saya (peace, Prof ^^) Tapi ya sudahah, semuanya sudah terjadi.

Sebermula Kisah Pengkhianatan Cinta

Saya kembali mengevaluasi perjalanan thesis. Saya telah ke beberapa Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)  untuk mencari kasus menarik namun tidak juga ketemu. Beberapa minggu kemudian, saya mengikuti seminar dimana narasumbernya merupakan dekan fakultas psikologi di salah satu Universitas swasta di Kota ini. Beliau membicarakan tentang kasus kekerasan dalam rumah tangga yang semakin marak di Kota Gudeg. Entah ada keberanian apa, setelah selesai acara saya coba dekati beliau untuk membicarakan masalah thesis saya. Beliau tertarik dan meminta saya untuk membahas thesis lebih lanjut di kampusnya.

Beberapa hari kemudian saya datang ke kampusnya dan bertemu beliau. Beliau sangat humble dan selalu memotivasi saya untuk mengerjakannya. Beliau berkata “Saya bantu kamu. Dan semoga Allah memudahkan jalan ini. Silahkan kamu ke LSM XX di daerah XX. Disana biasanya banyak kasus kekerasan dalam rumah tangga dengan korban wanita. Kamu bisa kesana kapanpun kamu mau. Bilang saja pada pengurusnya kalau kamu dibawah bimbingan saya”. Setelah berterimakasih, saya langsung pamit dan segera meluncur ke lokasi dimaksud.

Menuju LSM

LSM nya cukup mudah dicari. Saya ketuk dan tidak lama keluar salah seorang pengurusnya. Setelah menjelaskan tujuan dan maksud kedatangan, mereka tampak welcome pada saya. Mereka mengatakan “Mbak datang di saat yang tepat, karena kami baru saja mendapatkan 1 kasus perceraian dengan kisah yang kompleks. Tampaknya korban ingin bunuh diri karena masalahnya. Nanti akan kami hubungi beliau agar bertemu dengan Mbaknya….”

I was like…..WOW…. ini kasus yang sudah saya tunggu-tunggu dan masalah ini bukan masalah yang terletak pada benak peneliti. But, this is the real case. Meskipun saya belum mengetahui jelas masalahnya apa, namun dengan tendensi ingin bunuh diri, saya membayangkan masalah yang dihadapi tidaklah sederhana. Semoga.

1 minggu berlalu, saya dapat telefon dari pengurus LSM bahwa klien tersebut akan dijadwalkan datang beberapa hari lagi. Maka saya pun segera menyiapkan  perlengkapan yang sekiranya dibutuhkan saat wawancara. Satu hal yang membuat saya masih belum bisa bernafas lega yaitu apakah klien tersebut bersedia menjadi narasumber thesis saya dan menceritakan segalanya pada saya.

Hari H tiba. Saya segera meluncur ke LSM dan sesampainya saya disana telah hadir 1 orang wanita sekitar usia 30an tahun. Parasnya cukup cantik khas Jawa. Menggunakan kedurung hitam dan air muka tampak sendu. Setelah dikenalkan dengan pengurus LSM-nya, saya minta waktu untuk berdua dengan Mbaknya saja diruangan tersebut. Saya menceritakan secara jujur tentang tujuan saya. Dan sebelum si Mbak menceritakan kisahnya, saya menanyakan apakah bersedia menjadi narasumber saya dan insyaallah timbal baliknya adalah saya akan menyusun rencana terapi yang sekiranya dibutuhkan untuk menghilangkan energi dan emosi negatif yang selama ini muncul akibat masalah ini. Jika beliau tidak bersedia, rencananya akan saya rujuk ke tenaga-tenaga psikologis professional kolega saya.

But, she said YES!

Jauh di lubuk hati saya. Ya Allah, Alhamdulillah..terimakasih ya Allah… I found this one. Aku akan bersungguh-sungguh mengerjakan kasus ini.

Hal pertama yang saya tanyakan adalah… apa yang terjadi pada anda?

Dan dia mengatakan hal yang membuat saya syok hingga tak mampu mengatupkan mulut saya sejenak. Dia berkata “Dunia saya hancur mbak. Suami saya berselingkuh dan meninggalkan saya. Dia pergi bersama selingkuhannya. Selingkuhannya adalah Ibu kandung saya sendiri”.

Whaaaat?? Dunia semakin edan, pikir saya saat itu…..

Bersambung di Part 2

People photo created by yanalya – www.freepik.com

Oleh Rosdaniar

Penulis merupakan psikolog klinis di salah satu instansi pemerintah. Selain sebagai Psikolog Klinis, penulis merupakan ibu dari dua putri cantik.

2 tanggapan untuk “Sepenggal Kisah Nyata Pengkhianatan Cinta – part 1”

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.